Jakarta - Setelah mengalihkan suara ke PDI Perjuangan, kini PKB Gus Dur mengalihkan dukungan suaranya ke Partai Gerindra. Langkah ini seperti mempertegas upaya menggerogoti PKB Muhaimin Iskandar. Inikah sasaran antara merebut PKB?
Manuver zig zag Yenny Wahid yang didukung penuh ayahandanya KH Abdurrahman Wahid dalam upaya menggerogoti suara PKB Muhaimin Iskandar, khususnya di Jawa Timur memang cukup serius.
Setelah beberapa waktu lalu mendeklarasikan koalisi lokal Surabaya antara PKB Gus Dur dengan PDIP, tak genap satu bulan jelang pemilu, PKB Gus Dur mengalihkan dukungannya ke Partai Gerindra.
Dengan balutan acara “Jatim berzikir demi keselamatan bangsa dan negara” akhir pekan lalu, terjadilah pertemuan antara Ketua Dewan Syura DPP PKB KH Abdurrahman Wahid dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di hadapan massa kedua pendukung partai tersebut.
Sebuah koalisi lokal pun terbentuk. “Di beberapa daerah, banyak juga yang mengalihkan ke Partai Gerindra,” kata Sekjen DPP PKB Pro Gus Dur, Yenny Wahid kepada INILAH.COM, kemarin (15/3) di Jakarta. Menurut Yenni, upaya pengalihan dukungan ke Gerindra juga berdasar pada permintaan pendukung Gus Dur di akar rumput.
Yenny beralasan, pengalihan pendukung Gus Dur ke Gerindra karena dua faktor penting yaitu psikologis dan politis. Secara psikologis, sambung bekas staf khusus Presiden SBY ini, Partai Gerindra merupakan partai politik baru yang tidak memiliki gesekan masa lalu dengan PKB. “Gerindra partai baru, tidak memiliki jejak rekam gesekan dengan kita,” katanya.
Sebagaimana diketahui, lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan yang digantikan Megawati Soekarnoputri membuat hubungan kedua tokoh itu sempat merenggang yang juga diikuti masa di bawah. Namun, Yenny membantah, koalisi dengan Gerindra sama sekali tidak mempengaruhi koalisi sebelumnya yakni dengan PDIP. “Ini kan koalisi lokal,” tegasnya.
Alasan politisnya, Yenny menegaskan pihaknya berharap bergabungnya dengan Gerindra, ke depan dapat membantu merebut kembali PKB dari tangan Muhaimin Iskandar. “Kita akan dibantu untuk merebut kembali PKB,” tandas Yenny.
Manuver Yenny dan Gus Dur tak bisa dipungkiri menjadi ancaman serius PKB Muhaimin meski Ketua DPW PKB Jawa Timur Imam Nahrowi menilai manuver itu biasa saja. “Biasa saja, ndak apa-apa. Ini malah semakin bagus, bahwa Gus Dur melakukan pendidikan politik kepada kami,” imbuhnya.
Meski demikian, Imam sepertinya menyayangkan manuver Gus Dur dan Yenny Wahid ini. Harusnya, sambung caleg PKB dari Dapil Jatim I ini, manuver PKB Gus Dur memiliki konsekuensi politik terutama terkait UU Pemilu dengan penerapan parliamentary threshold (PT) 2,5%.
“Harusnya dirawat ‘rumah’ yang sudah ada (PKB) lebih-lebih penerapan PT 2,5%, terkait penyelamatan politik warga nahdliyin. Jangan membuat bingung masyarakat. Kalau koalisi ke PDIP ya ke PDIP saja,” tegasnya. Imam masih optimistis manuver Gus Dur tak bakal menggerogoti suara PKB dalam pemilu mendatang. Menurut dia, masyarakat nahdliyin masih memiliki nuirani dalam menentukan pilihannya terlebih dengan pengalaman PKB dalam menghadapi setiap konflik.
“Pemilu 2004 PKB mendapat ujian yang sama. Kini Gus Dur yang menguji. Saya yakin, dengan cara ini PKB akan tahan banting,” ujarnya. Gonjang-ganjing konflik PKB tampaknya tak bakal usai dengan secepatnya. Hasil pemilu legislatif 9 April mendatang sepertinya menjadi ujian terberat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Jika suara PKB menyamai perolehan Pemilu 2004, bisa dipastikan Muhaimin bakal selamat. Namun, mimpi buruk anjlok suara kian menghantui PKB Muhaimin. Setidaknya legitimasi kepemimpinannya semakin rendah di mata kader dan partai politik lainnya. [E1, inilah.com]