Mengawali dibukanya kampanye terbuka pemilu 2009, KPU menggelar deklarasi kampanye damai di Pekan Raya Jakarta, Senin (16/3). Pimpinan pusat partai politik peserta pemilu menandatangani deklarasi sebagai kesiapan mereka mengupayakan kampanye berjalan tertib dan damai.
Ironisnya, acara yang dimaksudkan untuk ketenangan dalam berkampanye itu justru berlangsung kisruh karena para simpatisan partai menyerbu ke panggung, menyerukan yel-yel, dan mengibarkan atribut partai. Para simpatisan menyerbu ke panggung beberapa saat setelah Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary membacakan ikrar deklarasi damai yang diikuti 38 pimpinan parpol.
Suasana semakin kisruh ketika kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), Satoloan, juga naik ke panggung dan berteriak-teriak memprotes karena Endung Sutrisno tidak dibolehkan menghadiri acara kendati mendapatkan undangan. Kericuhan ini terjadi karena dualisme kepemimpinan PPDI. KPU mengakui kepemimpinan Mentik Budiwiyono, sedangkan sebagian kader tetap mendukung Endung. Aparat kepolisian baru masuk dan berjaga di sekitar panggung setelah kericuhan terjadi.
Di beberapa daerah juga terjadi adu mulut antar pengurus parpol terkait dengan jumlah massa pawai yang dianggap melanggar ketentuan yang diberikan KPUD setempat.
Ini baru hari pertama. Bagaimana hari-hari berikutnya? Akankah benar-benar damai? [AN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar